MERDEKA! Kemerdekaan Spiritual

Kita merayakan hari kemerdekaan ke sekian kalinya, meskipun banyak yang mengeluh mengapa peringatan kemerdekaan tahun ini ramai atau sepi, mengapa para pemimpin tidak mau bersatu merayakannya, mengapa setelah sekian lama kita "merdeka" tetapi hanya sekian persen kecil penduduk yang merdeka sedangkan sebagian besar yang lain terjerat tekanan ekonomi sementara sekelompok kecil berpesta memakai hasil korupsi, kebijakan yang tidak pro rakyat, dan seterusnya. Kita belum merdeka itu kesimpulannya.
Penjajahan dan perbudakan memang sudah menjadi masalah kronis bangsa sejak lama dan tidak akan selesai sampai kapanpun tanpa pembenahan mental spiritual para pemimpin bangsa kita. Tetapi perlu diingat bahwa penjajahan itu amat banyak bentuknya, dan yang paling parah adalah penjajahan spiritual. Tidak mungkin ada kebebasan sejati  jika belum ada kebebasan atau kemerdekaan spiritual. Kemerdekaan spiritual adalah kunci kemajuan umat manusia. Tanpa itu, kita terbelenggu dalam tradisi, tatacara, kemunafikan, keterbelakangan dan kegagalan.  Tanpa ini, agama hanya akan berisi tatacara, ritual, hafalan, dan hukum yang tidak manusiawi.  Tanpa kemerdekaan ini, kita akan tetap dalam zaman kegelapan. Kemerdekaan spiritual adalah salah satu tujuan dan pokok terpenting orang belajar spiritual dan agama. Berikut adalah artikel mengenai kemerdekaan spiritual yang sesungguhnya yang akan membuat kita merdeka selamanya.



Penjajahan, kebebasan dan kemerdekaan itu sangat luas aspeknya, bukan hanya terjajah secara fisik, seperti yang diperjuangkan dengan mengorbankan nyawa oleh para pejuang kemerdekaan kita. Penjajahan bisa secara non fisik. Ada yang berhasil menjajah secara ekonomi melintasi batas negara. Bangsa-bangsa maju saat ini menjual produk mereka dan menjajah kita, sekalipun kita tidak pernah bertemu mereka. Saya adalah penggemar fanatik Google, hp Samsung, AC LG, liga Inggris, dll, saya terjajah secara sukarela dan tanpa sadar oleh mereka karena saya menyetor banyak uang dan waktu saya yang berharga kepada mereka. Di New York, saya heran bahwa para "penjajah" kota itu adalah imigran keturunan Itali, Yahudi, dan pendatang bermata sipit dari China. Mereka meskipun minoritas namun banyak menguasai usaha-usaha penting. Sebagian penduduk lagi orang-orang kulit hitam dan kelompok kecil imigran dari Amerika Tengah bahkan dengan bangganya menunjukkan budaya mereka dalam karnaval dan acara-acara budaya. Dengan kekuatan dan kepintaran, para penjajah menyerang masuk dan menduduki setiap pribadi melewati batas negara dan bangsa. Jadi, dengan bagaimana kita mau merdeka??

Dari semuanya, penjajahan spiritual adalah yang paling berbahaya. Penjajahan ini tidak kelihatan, bisa sumbernya dari diri sendiri, tetapi bisa dikendalikan dari jarak jauh, dan kadang sangat berbahaya. Kita bisa terjajah oleh kebiasaan buruk kita sendiri. Tidak bisa lepas dari kesenangan yang menghancurkan kita. Dengan dukungan dan motivasi yang pintar, orang lain bisa diperbudak untuk melakukan apa saja. Batin manusia adalah keseluruhan perangkat lunak yang mengendalikan manusia itu. Jadi kalau batin sudah dikuasai, selesailah dan lengkaplah penjajahan itu.

Jadi, bagaimana meraih kemerdekaan yang sesungguhnya?

Kemerdekaan sesungguhnya itu ada dalam batin setiap orang, dikerjakan oleh Roh Tuhan sendiri, dan bidang "ilmu" yang mempelajarinya adalah spiritual.

Kehendak Bebas Manusia 

Bicara mengenai kemerdekaan spiritual, maka Fakta mendasar pertama adalah bahwa manusia dicipta dan diberi kebebasan atau kemerdekaan berkehendak, freewill. Bebas mau apa saja. Bisa berbuat apa saja. Bisa menolak Tuhan dengan sengaja. Bisa memilih jadi penjahat dengan sengaja. Kemerdekaan itu adalah hak asasi pribadi yang memang dikaruniakan Tuhan pada manusia.
P.1802 - §4 Thus always it was and forever will be: Men must arrive at their own decisions. There is a certain range of the freedom of choice which mortals may exercise. The forces of the spiritual world will not coerce man; they allow him to go the way of his own choosing.
P.2078 - §3 The sincere pursuit of goodness, beauty, and truth leads to God. And every scientific discovery demonstrates the existence of both freedom and uniformity in the universe. The discoverer was free to make the discovery.
 
Bahwa kebijakan Tuhan adalah bahwa dalam alam spiritual tidak boleh ada pemaksaan. Manusia itu bebas memutuskan apapun untuk hidupnya sendiri, tidak boleh dipaksa. Ini fakta yang terjadi dan sudah kita lihat. Manusia itu merdeka dan Tuhan menghormati itu sebagai bagian dari rencanaNya secara sengaja.
Jadi kalau ada kelompok orang yang berusaha memaksakan kehendak atau praktek agamanya kepada orang lain, Anda tahu sekarang darimana asal motivasi semacam itu, dari Tuhan atau tidak.

Penjajahan 

Tetapi apa yang terjadi adalah, bahwa hak asasi ini kemudian coba dirampok atau disalah gunakan. Macam-macam cara untuk menyalahgunakan kemerdekaan. Salah seorang master dalam bidang ini, namanya adalah Lucifer, seorang pejabat penguasa sistem. Dalam paper 65 Buku Urantia menguraikan kisah pemberontakan ini, dan yang menarik adalah ia menyebutkan dirinya sebagai Lucifer, the "friend of men and angels" dan "God of liberty"! Singkatnya, Lucifer mau bebas tanpa batas. Ia punya banyak ambisi pribadi dan ia tidak mau ikut aturan apapun, bahkan ia mengatakan Tuhan itu hanya fiktif. Pengikut Lucifer atau Satan selalu mengejar tujuan ambisi mereka dengan bebas, dengan segala cara tanpa batas. Ini adalah metodenya Lucifer atau Iblis, yang dalam angan-angannya mau menjadi tuhan, mau menjadi Tuhan. Kelihatannya hebat, tetapi dalam prakteknya, mereka memakai dua cara berikut ini kepada manusia yang lebih rendah derajatnya dari mereka:

  • Membuat manusia takluk dan budak mereka. Caranya adalah dengan ditakuti, diancam secara fisik dan batin, dan dipaksa. Dibuat ajaran yang sangat menakutkan. Sistem pemerintahan dan hukum yang keras dan ketat. Penyeragaman segala sesuatu. Anti kritik, diktator. Pengerahan kekuatan pasukan untuk memaksa. Dengan cara itu manusia menjadi tidak merdeka.  
  • Metode lain adalah dengan memenuhi pikiran manusia dengan begitu banyak ajaran, tatacara, tahyul, dan aturan non-spiritual yang akan membelenggu manusia sehari-hari, sehingga manusia begitu sibuk menaati aturan ini dan itu. Perbudakan ajaran dan tatacara. Manusia menjadi Tidak merdeka lagi, menjadi beo intelektual, robot sosial, dan budak lembaga agama. 
    1. P.1458 - §1 The spiritually blind individual who logically follows scientific dictation, social usage, and religious dogma stands in grave danger of sacrificing his moral freedom and losing his spiritual liberty. Such a soul is destined to become an intellectual parrot, a social automaton, and a slave to religious authority. 
    P.141 - §6 Your religion is becoming real because it is emerging from the slavery of fear and the bondage of superstition. Your philosophy struggles for emancipation from dogma and tradition. Your science is engaged in the agelong contest between truth and error while it fights for deliverance from the bondage of abstraction, the slavery of mathematics, and the relative blindness of mechanistic materialism.
Isa atau Yesus amat mengkritik hal ini. Yesus kecewa melihat orang begitu diperbudak oleh aturan agama sehingga tidak berani berpikir lebih spiritual dan maju.
Agama yang hanya tatacara jasmani, tidak menyentuh perubahan mental spiritual sehingga dari tahun ketahun hanya begitu saja, sangat merepotkan dan menghabiskan waktu. Yang korup terus korup, tanpa berubah. Orang menganggap dengan banyaknya dan rajin mengikuti tatacara, memberi uang dan mengucapkan kata-kata sudah cukup. Tatacara jalan terus, dosa jalan terus, hidup tidak berubah, spiritual tidak bertumbuh, semua hanya kulit, artifisial, badani, tetap diperbudak oleh tradisi dan dosa.  
  • Metode Lucifer dan Satan yang lain adalah membuat manusia mengandalkan pada yang semu misalnya kekuasaan. Sekalipun dalam kekuasaan keagamaan sepertinya tatacara dan hukumnya mantap dan aman, tetapi itu kepuasan sementara. pada akhirnya manusia tidak mendapat kebebasan spiritual karena dalam kekuasaan sering dilakukan hal-hal yang tidak spiritual. 
P.1731 - §3 While the religion of authority may impart a present feeling of settled security, you pay for such a transient satisfaction the price of the loss of your spiritual freedom and religious liberty. My Father does not require of you as the price of entering the kingdom of heaven that you should force yourself to subscribe to a belief in things which are spiritually repugnant, unholy, and untruthful.

Bagaimana Kemerdekaan Spiritual itu?  

Jalan keluarnya adalah pembebasan pribadi kita, kembali pada hak asasi kita untuk menentukan nasib kita untuk mendapatkan yang terbaik dari kehidupan ini. Spiritual Freedom.
Isa mengajarkan bahwa kemerdekaan sejati itu berasal dari Roh Tuhan yang akan memerdekakan hidup dari tradisi dan dosa.
P.1792 - §1 "I bear none of you ill will. The Father loves you, and therefore do I long for your deliverance from the bondage of prejudice and the darkness of tradition. I offer you the liberty of life and the joy of salvation. I proclaim the new and living way, the deliverance from evil and the breaking of the bondage of sin.
(Aku sama sekali tidak berniat buruk. Bapa mengasihi kamu, dan sebab itu aku berharap pada kemerdekaanmu dari ikatan prasangka dan kegelapan tradisi tatacara agama. Aku menawari kamu kebebasan hidup dan sukacita keselamatan. Aku mengabarkan cara yang baru dan hidup, kelepasan dari kejahatan dan pemutusan belenggu dosa.)  
P.1570 - §3 "I send you forth to proclaim liberty to the spiritual captives, joy to those in the bondage of fear, and to heal the sick in accordance with the will of my Father in heaven.
P.1710 - §4 "... I have come to proclaim spiritual liberty, teach eternal truth, and foster living faith.
P.1391 - §6 "The spirit of the Lord God is upon me, for the Lord has anointed me; he has sent me to bring good news to the meek, to bind up the brokenhearted, to proclaim liberty to the captives, and to set the spiritual prisoners free;

Pembebasan itu diberikan ketika manusia percaya pada Tuhan dan menjadi anak-anak Tuhan, yaitu gelar sebutan untuk orang yang mengikuti kehendak Tuhan, yaitu kehendak Roh yang ada dalam diri masing-masing (yang menyebut kita "anak" adalah Tuhan sendiri bukan kita yang sok berani menambahi diri kita dengan status seperti itu). Ketika kita mulai berkenalan dan membuka hati kita kepada pengaruh Spirit, maka kita dimerdekakan. Bebas dari belenggu ikatan hukum dan tradisi, tatacara dan tahyul. Ketika kita langsung berhubungan dan mengalami Tuhan, maka runtuhlah semua belenggu tradisi dan tatacara, karena tidak berpengaruh pada kemajuan spiritual kita. Selain itu dengan mengalami sendiri betapa baiknya Tuhan itu, kita kenal Tuhan, tidak takut lagi pada teror hukuman yang selalu menghantui pengikut agama-tradisi. Roh dibebaskan.  Pikiran menjadi terbuka dan hidup menjadi merdeka.

Manusia merdeka ini bisa tetap merdeka, dalam masa jaya atau susah, dalam bebas atau dalam penjara, mati atau hidup, sekarang dan selamanya.

Mencegah Kebebasan Tanpa Batas 

Namun demikian, masih ada hal-hal yang perlu kita waspadai, demi agar tidak mengikuti Lucifer atau Iblis yang menganut kebebasan tanpa batas. Kebebasan tanpa batas itu bunuh diri. Kebebasan perlu dikaitkan dengan keadilan materi, intelektual, sosial. moral. dan spiritual.
P.604 - §3 The Lucifer manifesto was issued at the annual conclave of Satania on the sea of glass, in the presence of the assembled hosts of Jerusem, on the last day of the year, about two hundred thousand years ago, Urantia time. Satan proclaimed that worship could be accorded the universal forces--physical, intellectual, and spiritual--but that allegiance could be acknowledged only to the actual and present ruler, Lucifer, the "friend of men and angels" and the "God of liberty."P.613 - §6 Liberty is suicidal when divorced from material justice, intellectual fairness, social forbearance, moral duty, and spiritual values. Liberty is nonexistent apart from cosmic reality, and all personality reality is proportional to its divinity relationships.
Penerapan hukum untuk mengatur kebebasan semua orang dalam masyarakat.

P.1490 - §4 If one man craves freedom--liberty--he must remember that all other men long for the same freedom. Groups of such liberty-loving mortals cannot live together in peace without becoming subservient to such laws, rules, and regulations as will grant each person the same degree of freedom while at the same time safeguarding an equal degree of freedom for all of his fellow mortals. If one man is to be absolutely free, then another must become an absolute slave. And the relative nature of freedom is true socially, economically, and politically. Freedom is the gift of civilization made possible by the enforcement of LAW.

"... restrained by love, motivated by loyalty, directed by the intelligent discipline of wisdom." 

Kebebasan yang dibatasi oleh cintakasih, dimotivasi oleh kesetiaan, dan diarahkan oleh disiplin kebijaksanaan yang cerdas.

Batasan semacam ini tidaklah sulit, bagi manusia yang mengalami pencerahan, mengenal Tuhannya.

Tetapi dalam kelompok, akan muncul banyak pandangan dan aliran. Hal ini wajar, dan pendapat mereka perlu dihargai, diberikan kebebasan untuk berekspresi.
P.1135 - §2 When a member of a social religious group has complied with the requirements of such a group, he should be encouraged to enjoy religious liberty in the full expression of his own personal interpretation of the truths of religious belief and the facts of religious experience. The security of a religious group depends on spiritual unity, not on theological uniformity. A religious group should be able to enjoy the liberty of freethinking without having to become "freethinkers." There is great hope for any church that worships the living God, validates the brotherhood of man, and dares to remove all creedal pressure from its members.
Jika seseorang anggota kelompok keagamaan sosial telah memenuhi syarat kelompok tersebut, ia perlu didorong untuk menikmati kemerdekaan keagamaan secara penuh sesuai penafsiran pribadinya mengenai kebenaran kepercayaan agama dan fakta-fakta pengalaman relijiusnya. Keamanan kelompok agama bergantung pada kesatuan spiritual, bukan keseragaman ajaran. Kelompok itu perlu menikmati kebebasan berpikir bebas tanpa harus menjadi "pemikir bebas." Lembaga agama tidak memaksakan dalil atau syahadat tertentu pada semua anggota, karena kebebasan beragama itu hak asasi dan perbedaan pendapat itu kodrat yang memang disengaja oleh Tuhan sendiri. Setiap manusia diberi kepribadian yang unik dan khas, tidak ada dua pribadi yang sama di alam semesta ini. 

No comments:

Post a Comment